Puisi Dan Pantun Jadul

01.32



Puisi

Tidur Nak

Tidur Nak, tidurlah sayanh Tidur Nak, ini zaman perang Lekas besar Nak, anakku sayanh Tidur lah Nak, lekas bantu perang Tidur Nak tidurlah sayang

Tidur Nak, hidup penuh cita Lekas besar Nak, anakku sayang Tidurlah Nak, leks turut bakti

Karya Armijn Pane, Gemelan Jiwa, Bagian Bahasa dan Kebudayaan, Departemen PP&K Jakarta, 1960


Menyesal

Pagiku hilang sudah melayang Hari mudaku sudah pergi Sekarang petang datang membayang Batang usiaku sudah tinggi.

Aku lalai di hari pagi Beta lengah di masa muda Kini hidup meracun hati Miskin ilmu, miskin harta

Akh, apa guna kusesali Menyesal tua tiada guna Hanya menambah luka sukma

Kepada yang muda kuharapkan Atur barisan di pagi hari Menuju ke arah padang bakti

Karya Ali Hasjmi, Pujangga Baru: Prosa dan Puisi, Editor: H.B. Jassin, Gumung Agung, 1963


Karang Bunga

Tiga anak kecil Dalam langkah malu-malu Datang ke Selemba Sore itu

Ini dari kami bertiga Pita hitam pada karangan bunga Sebab kami ikut berduka Bagi kakak yang di tembak mati siang tadi

Karya Taufik Ismail, Tirani, Birpen Kami Pusat, 1966


Bekerja

Lama nian berpangku tangan Asyik telena didaduh ombak Mari kita sama serentak Atur barisan kejar tujuan

Jangan berhenti bertanya bulan Berapa purnama enkau merantau Maju gembira terus berjalan Cari cahaya indah kemilau

Atur barisan kejar tujuan Cari cahaya indah kemilau

Bagai lidi satu ikatan Berdsatu teguh bercerai rapuh Bagai semut menarik beban Tiada berhenti sebelum sampai

Akh teman cerdik cendekia Kita hidup di abad perjuangan Siapa sigap majulah dia Tiada hasil berpangku tangan

Karya Mozassa, Pujangga Baru: Prossa dan Puisi. Editor: H.B. Jassin, Gunung Agung, 1963


Nelayan

Matahari sirip sebelah barat Perahu kolek di tepi tebat Nelayan jaka tegak tertegun Memandang riak jala di ayun

Menunggu masa saat pilihan Melayang timah membuat pinggan Berdesir-desir darah di dada Rasakan tidak rasakan ads. . .

Kecewa timbul jaring tersangkut Lemah lunglai tangan memaut Sangka kan tunggul selam pun sampai Kiranya akar batang teratai

Karya Hamka, Pujangga Baru1/7, Januari 1939


Kapal Udara

Gegar gentar suara mesin Raja udara menguasai udara Menderu gemuruh berpusing miring Bagai burung mengintai mangsa

Raksasa udara malaju jauh Berbalik pula puluh menyerbu Terdahulu satu Puluhan menderu

Mata bersinar Semangat berkobar Kapan zamanku menghadapi pula Raksasa dunia kepunyaan kita?

Karya Maria Amin, Kesusasteraan Indonesia di Masa Jepang. Editor: H.B. Jassin, Balai Pustaka, 1949


Langit mendung Tiada cahaya disekitarku Hatiku sedih, risau, bingung Rasanya aku ingin dekat dengan Ibu


Pak Tua yang tak pernah lelah Tak mengeluh nengayuh rakit kr sebrang Memenuhi keinginan orang, keinginanku pergi ke sekolah Keluh kesahku selalu di sambut dengan ramah Rakitmu, Bapak Tua kau sangat berjasa


Pantun Jadul


Berdetak-detak sangkutan dacing bagaikan putus diimpit lumpang

Bergerak-gerak kumis kucing melihat tikus bawa senapan


Pohon bambu pohon selasih Dikerat di atas batu bata

Kukirim surat pelipur lara Hilamgkan duka dan rasa sedih

Dikrat di atas batu bata Duks-duka diikat menjadi satu

Kukirim surat pelipur lara Semoga ibu sehat, gembira selalu


Kelapa kelip lampu di kapal Anak kapal main sekoci Lagi kecil rajin belajar Sudah besar senanglah diri


Melambai-lambai nyiur di pantai Berbisik-bisik raja kelana Memuja pulau nan indah permai Tanah airku Indonesia


Berakit-rakit ke hulu Berenang-renang ke tepian Bersakit-sakit dahulu Bersenang-senang kemudian

Tudung saji hanyut terapung Hanyur terapung di Selat Malaka Jangan sedih dan jangan bingung Mari bernyanyi bersuka ria


You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts